Hal itu terbukti hingga kini ia selalu dilibatkan sebagai aparat kampung disebabkan kearifanya dalam bermasyarakat dengan semua suku di kampung transmigrannya itu. Nama Titus Omba berubah menjadi Abdullah Omba seiring ia menjadi mualaf di tahun 1997 saat ia menikah dengan Warsiani yang bersuku Jawa. Kini bersama istri dan anaknya Wahyu Nugroho Omba, tinggal di kampung Wenda Asri. Sebagai kampung yang bertetangga dengan Kampung Mimi Baru, ia dan keluarga juga mendengar dan mengikuti informasi akan dibangunnya Pondok Pesantren di wilayah kampung tetangga mereka. Hal ini dianggapnya sebagai hal yang positif dimana ia pun sangat mengharapkan agar pondok itu segera terbangun. Sebab menurutnya sebuah pondok pesantren dapat memberikan pendidikan yang bisa menjauhkan anaknya dari pengaruh buruk yang sering ia lihat di televisi. Sang anakpun dirasa cukup antusias dengan rencana pembangunan pondok tersebut. Walaupun kegiatan pembangunan masih dalam persiapan Panjang, namun sudah keinginan dari seorang putra asli Papua yang ingin menimba ilmu di tempat itu. Semoga mimpi dan cita-citanya bersama harapan warga Jagebob lainnya bisa segera menjadi kenyataan.
Kabar Pembangunan
#16. Harapan Keluarga Abdullah “Titus” Omba
- Details
- Written by: admin
- Category: Kabar Pembangunan
Titus Omba adalah salah seorang yang terlibat dalam proyek pembukaan lahan transmigrasi di wilayah Distrik Jagebob di awal tahun 90an. Sebagai seorang yang berdarah Papua Asli dari suku Mandobo,
ia sering kali dipercaya sebagai mediator atau penyambung komunikasi antara pekerja proyek dan masyarakat ulayat, selain profesinya sebagai helper operator alat berat kala itu.
Ia juga bisa dikatakan sebagai salah satu warga pertama yang tinggal di daerah transmigrasi itu bersama banyak warga transmigran dari berbagai daerah di Indonesia. Pengetahuannya mengenai daerah Jagebob tidak pernah disangsikan oleh semua orang yang pernah mengenalnya.
